20 Tari Tradisional Jawa Barat yang Populer - LENGKAP!!!
Tari Tradisional Jawa Barat lengkap dengan ulasan gerak dan asal daerahnya. Melalui keberadaan dari adanya Suku Sunda, citarasa sebuah budaya di Jawa Barat menjadi cukup berbeda dengan wilayah yang lain di Pulau Jawa. Parahyangan atau disebut dengan Priangan sebagai pusat kebudayaan suku Sunda merupakan tempat lahirnya beragam kesenian, termasuk tari-tarian.
Tari Tradisional Jawa Barat
Di samping itu, produk dari budaya di Jawa Barat juga diperkaya dengan uniknya kebudayaan Cirebon. Tentunya secara geografis sangat memungkinkan adanya persilangan budaya di wilayah ini. Selain adanya dua kekuatan kultural, Jawa dan Sunda, akulturasi dengan budaya Arab, Cina dan India juga bisa dimungkinkan.
Wayang Golek dan Angklung merupakan contoh seni identitas budaya Jawa Barat yang telah mendunia. Selain dua kesenian tersebut, kebudayaan Jawa Barat juga mencakup banyak tarian tradisional. Beberapa tari tradisional Jawa Barat telah tersaji dalam daftar di bawah ini
Membicarakan Provinsi Jawa Barat yang kaya akan budaya, tak lengkap rasanya bila tak mengupas habis sisi kearifan lokalnya.
Baik itu makanan khas, rumah adat, pakaian adat, alat musik tradisional, maupun tari Jawa Barat.
Nah, khusus item terakhir tersebut, kami akan mengulasnya pada artikel ini. Sudah pada tahu apa saja tari tradisional yang berkembang di Jawa Barat? Daripada penasaran, yuk disimak ulasan berikut ini.
Daftar Jenis Tari Jawa Barat
1. Tari Ronggeng Bugis
Tarian ini berkembang di wilayah Cirebon, dengan bentuk pementasan tarian komedi.
Tari Ronggeng Bugis dibawakan oleh 12-20 orang penari, yang berdandan dan menari layaknya perempuan. Uniknya, dandanan tersebut tidak terlihat cantik, malah lebih mirip bdaut sehingga tampak lucu.
Awal-mulanya, tarian ini berkaitan dengan sejarah Kesultanan Cirebon yang berhubungan baik dengan kerabat dari Bugis. Dalam pertunjukan Tari Ronggeng Bugis, diiringi alunan musik dari perpaduan Gong kecil, Kecrek, Kendang, dan Kelenang.
2. Tari Bondan
Tari tradisional Bondan berkisah tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Hal ini tampak dari properti yang digunakan, di mana para penari menggendong boneka, sambil memayunginya. Para penari akan menari dengan menginjak kendi, dengan gerakan hati-hati, serta tidak boleh pecah.
Tarian ini ada 3 macam, yakni Bondan Mardisiwi, Bondan Cindogo, serta Bondan Pegunungan. Pada tarian Bondan Mardisiwi dan Bondan Cindogo, sang ibu memberikan kasih sayangnya terhadap anak yang baru lahir.
Sementara pada Tari Bondan Pegunungan, seorang ibu hanya memiliki seorang anak yang begitu disayang, tapi akhirnya sang anak meninggal dunia.
3. Tari Bambangan Cakil
Tarian ini mengadopsi salah satu adegan pertunjukan Wayang Kulit, yakni pada bagian Perang Kembang. Kesenian ini berkisah tentang perang antara raksasa dan ksatria.
Raksasa tersebut dinamakan cakil, yang digambarkan sebagai tokoh yang beringas dan kasar. Sedangkan para kesatria tersebut dinamakan Bambangan, dengan karakter yang lemah lembut.
Sementara itu filosofi dalam tari Bambangan Cakil ini adalah, bahwa setiap bentuk kejahatan pasti akan kalah melawan kebaikan.
4.Tari Bedhaya Ketawang
Umumnya, tari tradisional Bedhaya Ketawang ditampilkan saat momen ritual pengukuhan sang raja. Tarian ini melibatkan 9 orang penari, yang masing-masing memiliki nama dan tugas khusus.
Kesembilan penari tersebut adalah Boncit, Dhada, Gulu, Apit Meneg, Apit Mburi, Apt Ngarep, Endhel Weton, EndhelAjeg, dan Batak.
Penampilan Tari Bedhaya Kethawang diiringi musik khas Gamelan yang dinamakan Gamelan Kyai Kaduk Manis. Alat musik Gamelan tersebut terdiri dari Kethuk, Kenong, Kedhang Ketipung, serta Kendhang Ageng.
5. Tari Beksan Wireng
Tari tradisional Jawa Barat ini mulai berkembang saat era pemerintahan Prabu Amiluhur. Sang Prabu ingin supaya putra Beliau menjadi seorang yang tangkas dalam hal keprajuritan, terutama dalam keahlian memainkan senjata perang. Oleh karenanya, Tari Beksan Wireng bertema tentang prajurit yang berlatih perang, dengan senjatanya masing-masing.
Isitilah Beksan Wireng sendiri, berasal dari kosa kata ‘wira’ atau ‘perwira’ yang bermakna prajurit yang cakap dan unggul, serta kosa kata ‘aeng’ yang berarti linuwih.
6. Tari Buyung
Tarian ini berasal dari wilayah Kuningan, Jawa Barat. Istilah Buyung sendiri, bermakna jenis tanah liat yang dipakai oleh kaum perempuan jaman dulu untuk mengambil air. Umumnya Tari Buyung dimainkan saat diadakan ritual seren tahunan. Dalam menampilkan kesenian ini, penari-penari tersebut akan menopang kendi dari tanah liat, yang pada jaman dahulu disebut dengan ‘buyung’.
Properti tersebut diletakkan di atas kepala, dan tidak boleh jatuh. Tarian Buyung dibawakan penari wanita, sebanyak 12 orang. Setiap penari mengenakan baju kebaya, lengkap dengan selendang.
7. Tari Dolalak
Tari Dolalan berkembang di wilayah Purworejo, Jawa Barat. Penampilan Tari Dolalak dimainkan oleh beberapa penari, yang mengenakan busana yang mirip dengan baju prajurit Perancis atau Belanda pada jaman dahulu.
Pementasan Tari Dolalak diiringi oleh bunyi-bunyian dari alat musik rebana, kendang, kentrung, dan kencer. Konon, tarian ini mulai muncul pada masa peperangan Aceh, yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah lainnya.
8. Tari Gambyong
Tarian khas Jawa Barat ini bertema tentang sifat dasar kaum wanita, yang digambarkan dalam bentuk gerakan yang lembut, halus, lincah, serta terampil. Selain itu, seorang wanita juga mesti menonjolkan sisi keluwesannya juga. Nah, Tari Gambyong ada beberapa jenis lho karena menyesuaikan iringan gendingnya. Misalnya Gambyong Pangkur, Gambyong Pareanom, dan Gambyong Gambirsawit.
9. Tari Wayang
Tari Wayang mulai populer di tengah masyarakat Kesultanan Cirebon di bawah kepemimpinan Syekh Syarif Hidayatullah di abad ke-16 Masehi. Dari situ, Tari Wayang lalu menyebar ke berbagai daerah seperti Bogor, Sumedang, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya karena sering dibawakan oleh seniman keliling.
Dalam pementasannya, Tari Wayang bisa disajikan menjadi 3 pertunjukkan, yakni tari tunggal, tari berpasangan, dan tari massal. Selain itu, tarian ini juga punya jenis karakter yang berbeda apabila ditarikan oleh para penari laki-laki dan penari wanita.
10. Tari Jaipong
Kesenian Tari Jaipong merupakan tarian tradisional yang asalnya dari Karawang, Jawa Barat. Sebagai salah satu tarian yang populer dari tanah Sunda, Tari Jaipong dipentaskan dengan kombinasi dari gerakan ketuk tilu, pencak silat, serta wayang golek.
Tari ini diciptakan oleh Gugum Gumbira dan mulai berkembang pada tahun 1960-an. Tari Jaipong memiliki 4 macam gerakan, yakni bukaan, pencungan, ngala, serta mincit.
Untuk mementaskannya, Tari Jaipong biasa diiringi suara musik dari gendang, gong, rebab, kecrek dan juga kecapi.
11. Tari Angklung Bungko
Tari Angklung Bungko adalah jenis tarian yang berkembang di wilayah Bungko, Cirebon Utara. Awal mulanya, tari ini hanya berupa seni musik ritmis dengan media kentongan.
Pada perkembangan berikutnya, tari ini diiringi juga dengan angklung, gendang, gong, tutukan, dan klenong. Tari Angklung Bungko diibaratkan seperti tarian perang, sebab mempunyai filosofi kehidupan komunal yang demokratis.
Masyarakat setempat, meyakini tarian ini sudah ada sejak abad ke-17 masehi, yakni sesudah meninggalnya Sunan Gunung Jati.
Tari Angklung Bungko kerap dimainkan dalam ritual Ngunjung, yakni ritual khaul bagi makam para leluhur.
12. Tari Ketuk Tilu
Tari Ketuk Tilu awalnya berkembang sebagai media dalam upacara musim panen padi di Jawa Barat. Lambat laun, tarian ini berkembang menjadi tari pergaulan dan hibura di tengah-tengah masyarakat.
Istilah Ketuk Tilu sendiri, merujuk pada iringan alat musik Bonang yang jumlahnya ada 3 buah. Selain itu, juga ada kombinasi alat musik lainnya, seperti kulanter, indung, kendang, gong, dan krecek.
Biasanya, Tari Ketuk Tilu dimainkan dalam acara-acara pernikahan dan acara resmi lainnya. Pertunjukkan seni tari ini bisa didakan semalam suntuk.
Dan dalam perkembangan berikutnya, tarian Ketuk Tilu ini menjadi asal-muasal terbentuknya Tari Jaipongan.
13. Tari Keurseus
Tari Keurseus adalah tari tradisional Jawa Barat yang berkembang dari gerakan Tari Tayub. Tarian ini berkembang di kawasan Rancaekek, Jawa Barat. Tempo dulu, kesenian ini berkembang dalam kehidupan para menak atau bangsawan Sunda.
Tarian Keurseus ditampilkan oleh para penari pria dan perempuan. Penari pria tersebut melakukan gerakan-gerakan memakai kain dan bando, lelu menghadap beberapa ronggeng atau penari wanita.
Tari Keurseus dimainkan dengan iringan musik gamelan khas Jawa Barat, dan nyanyian lagu opak wilet, ageung, dan naik kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.
14. Tari Loro Blonyo
Tarian ini menggambarkan hubungan antara dua bersaudara, yakni Dewi Sri dan Dewa Sadana. Dewi Sri merupakan seorang dewi yang bertugas melindungi padi, memberi berkah, dan menjadi simbol kemakmuran. Sedangkan Dewa Sadana adalah seorang dewa sandang dan pangan.Tarian ini erat kaitannya dengan budaya Hindu.
15. Tari Merak
Tari Merak merupakan tari daerah yang berasal dari wilayah Pasundan, Jawa Barat. Berdasarkan namanya, seni tari ini menampilkan cerita tentang kehidupan burung merak. Adalah Tjetje Somantri, seorang seniman berdarah Sunda, yang menciptakan Tari Merak ini dengan mengambil inspirasi gerakan burung merak.
Seperti lenggak-lenggok merak jantan yang suka mengembangkan bulu ekornya, saat ingin menarik perhatian merak betina.
Para penarinya juga memakai kostum yang berwarna-warni, dengan desain yang mirip dengan bulu burung merak.
16. Tari Ronggeng Gunung
Tari tradisional Jawa Barat berikut ini, tumbuh dan berkembang di wilayah sekitar Ciamis Selatan dan Pengandaran, seperti Ciparakan, Banjarsari, Panyutran, Pangandaran, Burujul, dan Cijulang.
Secara umum, Tari Ronggeng Gunung ini tak jauh beda dengan tari ronggeng yang ada biasanya. Penampilan tarian ini dibawakan oleh seorang penari atau lebih, dengan iringan alat musik gamelan.
17. Tari Sampiung
Awal-mulanya, Tari Sampiung banyak ditampilkan dalam ritual adat Sunda, misalnya dalam acara Ngaruwat, Seren Taun, dan Rebo Wekasan. Selain itu, kesenian tradisional Jawa Barat ini juga kerap dipertunjukkan dalam hari besar nasional, misalnya Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Istilah yang dipakai untuk menamakan tarian ini, diambil dari lagu yang mengiringinya, yakni lagu Sampiung. Selain itu, ada juga yang menamakannya Tari Ngekngek, sebab alat musik yang mengiringinya adalah sejenis rebab yang disebut Ngekngek.
18. Tari Sintren
Tarian ini berkembang di Jawa Barat dan Jawa Tengah, tepatnya di daerah pesisir utara, seperti Jatibarang, Cirebon, Indramayu, Banyumas, Tegal, Brebes, Kuningan, dan Pekalongan.
Tarian ini hanya boleh dimainkan oleh gadis yang suci dari haid. Awalnya, para penari akan masuk kurungan ayam yang ditutup kain, sampai ia kersukan dan mulai menari.
Tarian ini termasuk kesenian mistis, yang mengisahkan cerita cinta antara Sulandono dan Sulasih, yang tidak mendapat restu Ki Bahurekso, ayah Sulandono. Akhirnya Sulandono memilih jadi pertapa, sedang Sulasih jadi seorang penari. Walaupun berpisah, diyakini, keduanya selalu bersama di alam gaib.
19. Tari Topeng
Tari Topeng merupakan salah satu seni tari yang berkembang di daerah Kesultanan Cirebon, seperti Indramayu, Subang, Majalengka, Jatibarang, Brebes, dan Losari. Dinamakan Tari Topeng sebab para penarinya mengenakan topeng saat pentas.
Topeng tersebut dikenakan dengan cara digigit pada bagian bantalan karetnya. Para penari topeng juga mesti menggunakan penutup kepala yang disebut dengan istilah Sobra, lengkap dengan dua sumping dan jamangan.
Dalam penyajian Tari Topeng khas Cirebon ini, dipakai iring-iringan musk dari gamelan khas Cirebon.
20. Tari Topeng Dinaan
Tari Topeng Dinaan merupakan tari tradisional yang berkembang di daerah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Umumnya, tarian ini dimainkan seharian suntuk, yang dipentaskan sesudah acara wayang kulit dalam acara Babarit Sendiri.
Konon, Tari Topeng DInaan sudah ada di Jawa Barat sejak abad 10 Masehi sampai 16 Masehi. Ciri khas yang bisa dilihat dari kesenian ini adalah topeng kayu, yang dibuat dari jenis kayu lunak, seperti kayu jaran.
Sedangkan dibagian mulutnya, ditambahkan sebilah kayu melintang, sehingga tampak seperti gigi penari. Umumnya, tarian ini banyk dipentaskan dalam acara selametan, khitan, perkawinan, dan acara kenegaraan.
Akhir Kata
Nah, itulah tadi untuk pembahasan lengkap mengenai tari tradisional Jawa Barat. Kami berharap, dengan adanya ulasan yang menarik ini bisa memberi manfaat dan jawaban atas apa yang sobat cari.