50 Pantun untuk Suami dan Istri Romantis bijak dan Dewasa
Pantun untuk Suami dan istri tercinta dan tersayang. Pantun untuk Istri Romantis bijak dan Dewasa ini sangat seru - Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa minangkabau yang berarti "petuntun".Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Pantun untuk Suami dan Istri Romantis bijak dan Dewasa
Sampiran adalah dua bads pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Pantun untuk Suami
Pantun adalah snandung atau puisi rakyat di nyanyikan. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sundadikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris biladituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a).Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Ada malangnya membeli gula
Gula lekas dikerumuni semut
Ada malangnya berlaki tua
Bekerja keras nafaspun sempot
Ada malangnya membeli itik
Dipagar luas susah menetas
Ada malangnya berlaki pendek
Dikejar di atas di bawah lepas
Dari kapal meniti batang
Salah bawa jatuh berdebuk
Laki gatal binipun miang
Mertua gila anakpun mabuk
Mengapa kaki jadi melepuh
Kaki terinjak kebara panas
Mengapa laki lari menjauh
Bininya galak mertua ganas
Ada untungnya membeli suluh
Dapat menjadi penyuluh rumah
Ada untungnya berlaki lumpuh
Diumpat bini selalu mengalah
Ada untungnya membeli terung
Walau direndam tidakkan tengit
Ada untungnya berlaki ompong
Walau geram tak dapat menggigit
Mengapa jalan menjadi miring
Karena kakinya sebelah bengkak
Mengapa badan jadi meranting
Karena lakinya suka merangkak
Mengapa main berlalai-lalai
Karena hari menjelang senja
Mengapa kain terburai-burai
Karena lakinya pulang ke janda
Mengapa hari tak mau terang
Kabut tebal setiap paginya
Mengapa laki tak mau pulang
Takut disambal oleh bininya
Ada untungnya membeli gula
Sekali rasa bagaikan madu
Ada untungnya berlaki tua
Bini dimanja tidur dipangku
Bagaimana kumbang tidakkan risau
Bunga di tanjung mati semua
Bagaimana bujang tidak merantau
Dara di kampung berlaki tua
Bagaimana babi tidak mengaruk
Hutan tumbang dilapah badak
Bagaimana laki tidak merajuk
Jangankan ditimang disapa tidak
Bagaimana khatib takkan marah
Hari jumat pergi berburu
Bagaimana aib takkan terdedah
Laki jahat bini pencemburu
Bukan buah sebarang buah
Buah kemiri pelezat sayur
Bukan tua sebarang tua
Tua lelaki urat tak kendur
Celik bukan sebarang celik
Celik hati mengaji tahu
Cerdik bukan sebarang cerdik
Cerdik laki berbini baru
Dari laut pergi ke darat
Jalan lecah masuk ke lumpur
Laki pencarut bini pengumpat
Pinggan pecah mangkuk bertabur
Hari gelap hatipun risau
Duduk diam masuk kelambu
Laki berkurap bini berpanau
Siang malam duduk bergaru
Hari cerah mencari manggis
Hari buruk bawa berundur
Laki pemarah bini pembengis
Berhenti beramuk ketika tidur
Hari panas pergi ke hutan
Terlanda semut duduk meracau
Laki pemalas bini penyegan
Tangga berlumut periuk berlangau
Hari buruk berhenti mencari
Hendak berbual tiada pandai
Laki pemabuk bini penjudi
Anak terjual rumah tergadai
Hari petang nasi ditanak
Duduk bersama bersenang-senang
Laki pemberang bini pembengak
Periuk belanga terbang melayang
Hiruk pikuk Kucing di dapur
Berebut panggang dengan tikus
Awak lah bungkuk matapun kabur
Berlaki bujang cepatlah mampus
Mengapa kakinya menjadi bengkok
Terpijak jarum bengkak jadinya
Mengapa bininya menjadi mabuk
Tak tahan mencium ketiak lakinya
Nyaman sungguh orang menumbuk
Dapat padi muka berminyak
Badan berpeluh tulangpun remuk
Dapat laki berselera badak
Perahu Arab berjaja malau
Singgah ke Daik membeli lada
Bahu berkurap dada berpanau
Nasibnya baik berlaki buta
Piring kaca tercampak hancur
Tidak hancur pastilah remuk
Pening kepala tak nyenyak tidur
Hendak tidur laki merajuk
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit dapat pengganti pisau
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit melihat laki merayau
Sarang bukan sebarang sarang
Sarang berisi anak merbah
Sayang bukan sebarang sayang
Sayang ke laki anak mengalah
Jauh berjalan payahlah kaki
Penatlah betis letak anggota
Jodoh idaman sudah berlaki
Hendak menangis awak lah tua
Sungguh beruntung membeli kolek
Dapat berkayuh ke sana sini
Sungguh beruntung lelaki pendek
Dapat berteduh di dada bini
Tumbuh betung ditepi pantai
Pantainya tempat berburu tidak
Sungguh untung laki bermisai
Misainya dapat menyapu ketiak
Tumbuh betung di tepi tasik
Kalau tasik banyak buntalnya
Sungguh untung berlaki pendek
Walau pendek banyak akalnya
Tumbuh betung di tepi kolam
Kolamnya elok airnya bening
Sungguh untung berlaki hitam
Hitamnya elok menjaga maling
Tumbuh betung di tepi pagar
Di tepi pagar kain terhampai
Sungguh untung laki penyabar
Laki penyabar mainnya usai
Tumbuh betung di tepi sumur
Di tepi sumur kera tak nampak
Sungguh untung laki penidur
Laki penidur kerja tak banyak
Tumbuh betung di tepi parit
Di tepi parit menjadi semak
Sungguh untung berlaki pelit
Laki pelit tak susah memasak
Tumbuh betung berdiri lurus
Batang lurus senang dikerat
Sungguh untung berlaki kurus
Orang kurus senang memanjat
Tumbuh betung ditepi paya
Walaupun lebat mudah ditebang
Sungguh untung lelaki kaya
Walaupun jahat mertua sayang
Tumbuh betung di tepi belat
Hendak ditebang sukar diganti
Sungguh untuk laki berpangkat
Banyak orang mengantar upeti
Tumbuh betung di tepi belat
Hendak ditebang sukar diganti
Sungguh untuk laki berpangkat
Banyak orang mengantar upeti
Tumpuh talang di tepi bukit
Kalau rebah semua tercabutp
Sungguh malang berlaki buncit
Kalau menimpa nyawa ke buntut
Tumbuh betung di tepi gubuk
Hendak ditebas dikait onak
Sungguh untung berlaki datuk
Kehendak lepas duitpun banyak
Untuk apa pergi petang
Supaya pulang subuh-subuh
Untuk apa berlaki bujang
Supaya senang disuruh-suruh
Untuk apa membeli kuda
Kaki kuda pandai melompat
Untuk apa berlaki tua
Laki tua pandai memanjat
Untuk apa mencari manggis
Untuk dimakan isinya sedap
Untuk apa membeli keris
Untuk menjaga laki menyelap
Ujung tiang berbaji dua
Satu di atas satu di bawah
Untung malang berlaki tua
Layu di atas layu di bawah
Ujung tiang diikat besi
Supaya tidak dimakan rayap
Untung malang mendapat laki
Telinga pekak badan berkurap
Ubah bukan sebarang ubah
Merubah kaji dalamkan ilmu
Upah bukan sebarang upah
Mengupah laki dalam kelambu
Walaupun kaki terasa kejang
Karena petang berebut pergi
Walaupun laki sudah membujang
Karena sayang dijemput lagi
Wangilah bunga sedap malam
Banyak kumbang ikut menyeri
Laki lah tua merayap malam
Hendak ditendang takut mati
Wangilah bau durian masak
Ditaruh pula di ceruk dinding
Hati lah malu berlakikan budak
Disuruh pula duduk bersanding
Waktu menteri berdagang nasi
Orang dalam berjaja beras
Sayulah hati memandang laki
Siang dan malam bekerja keras
Yakin membeli takkan merugi
Begitu kata orang dahulu
Lenjinlah bini diperbudak laki
Mau berbantah mulutnya bisu
Yang naik terus ke atas
Pergi untuk melapangkan dada
Orang baik tulus dan ikhlas
Laki bungkuk ditimangnya juga
Zaman kini zaman kemajuan
Manusia banyak ilmunya
Dengan laki jangan melawan
Supaya tidak dimadukannya
Yang berbudi kita muliakan
Supaya terbalas budi baiknya
Tunangan berlaki kita doakan
Supaya lekas dicerai lakinya
Zaman kini dunia terbalik
Bertukar faham sudah biasa
Dengan laki bersangka baik
Keluar malam biarkan saja
Zaman kini zamannya ilmu
Umat terbilang karena ilmunya
Dengan laki janganlah ragu
Lambat pulang tarik seluarnya
Zaman Katak di bawah tempurung
Langit tinggi dipandang rendah
Fikiran kemak laki pun pesong
Setiap hari terang berbantah
Bagaimana main hendak selesai
Beruk menari makin menggila
Bagaimana kain tidak terburai
Menengok laki bermain muda
Api siapa di ladang itu
Api orang memeram labu
Laki siapa yang miang itu
Pagi petang dalam kelambu
Waktu menteri berjaja udang
Habislah basah kaki celana
Pilulah hati pemuda lajang
Gadisnya sudah berlaki tua
Walaupun unta sudah mabuk
Diusik babi minum juga
Walaupun mata sudah kantuk
Direngek laki bangun juga
Ujung bukan sebarang ujung
Ujung belati dapat dicabut
Untung bukan sebarang untung
Untung berlaki dapat selimut
Untuk apa berpagar rapat
Supaya tidak dimasuki babi
Untuk apa belajar silat
Supaya tidak dibodohi laki
Pantun untuk Istri
Tumbuh talang menjadi rebung
Diberak kucing tiada berguna
Sungguh malang berlaki bingung
Diajak berunding mulut menganga
Tumbuh betung di tepi rakit
Walaupun bengkok dicari orang
Sungguh untung lelaki berduit
Walau lah bungkuk bininya sayang
Tumbuh betung di tepi paya
Tepi bersemak payapun luas
Sungguh untung lelaki kaya
Bini banyak selerapun lepas
Tumbuh betung di tepi busut
Busut dapat jadi peranginan
Sungguh untung berlaki burut
Burutnya dapat jadi mainan
Sungguh bertuah kuali tembuk
Banyak diisi takkan melimpah
Sungguh bertuah berlaki gemuk
Diajak berkelahi tegakpun susah
Tali ayam sangkut berbelit
Sangkut ke pagar kendur talinya
Hari malam perut melilit
Takut mendengar dengkur lakinya
Tali kekang jatuh ke tanah
Larilah kuda lintang pukang
Hati bimbang peluh menyimbah
Lakinya sudah main belakang
Jalan darat membawa pupuk
Terpijak telur kaki berkubang
Badan penat mata mengantuk
Hendak tidur laki meradang
Lalat buta terbangnya pagi
Makan benalu sampai kenyang
Beratlah mata memandang laki
Badan berbulu bagai siamang
Sayang Pak Tua mulutnya ompong
Hendak mengunyah gusi berdarah
Sayanglah dara perutnya gembung
Hendak berlaki kan serba salah
Pantun untuk Istri
Bagaimana jala tidakkan koyak
Tali pengikat kena ke ranting
Bagaimana kepala tidakkan botak
Bini empat semuanya bunting
Bagaimana keladi tidakkan gatal
Diberak semut pagi dan petang
Bagaimana gigi tidakkan tanggal
Awak pencarut bini peradang
Bagaimana padi tidakkan rebah
Dipijak kambing bersama badak
Bagaimana bini tidakkan marah
Dia bunting awak merangkak
Ada untungnya membeli badik
Dipegang saja orang lah takut
Ada untungnya berbini cantik
Dipandang saja kenyanglah perut
Ada malangnya membeli badik
Bila majal manfaatnya kurang
Ada malangnya berbini cantik
Bila ditinggal dipanjat orang
Ada untungnya membeli pasu
Pecahnya tidak sulit diganti
Ada untungnya berbini bisu
Marahnya tidak memaki-maki
Ada malangnya membeli pasu
Bila sumbing disimpan saja
Ada malangnya berbini bisu
Bila berunding tangan meraba
Ada untungnya membeli tepak
Dapat diisi sirih dan pinang
Ada untungnya berbini pekak
Diumpat laki dia bertenang
Ada untungnya membeli pelita
Hari gelap dinyalakan sumbu
Ada untungnya berbini buta
Laki berkurap dia tak tahu
Ada untungnya membeli lada
Dibuat sambal memanglah lezat
Ada untungnya berbini muda
Dibuat bantal hilanglah penat
Bagaimana lutung takkan berang
Babi mengejek kera mencerca
Bagaimana hidung takkan kembang
Bini cantik mertuapun kaya
Bagaimana lutung takkan berang
Kera memijak babi menginjak
Bagaimana hidung takkan kembang
Harta banyak binipun banyak
Bagaimana lutung takkan berang
Anak beruk mencuri manggis
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak lah bungkuk berbini gadis
Bagaimana lutung takkan berang
Lebah menderu babi meluru
Bagaimana hidung takkan kembang
Rumah baru binipun baru
Pantun Kemandirian
Anak buntal tergapai-gapai
Bila pasang berhanyut-hanyut
Awak bebal memandai-mandai
Ditanya orang terkentut-kentut
Anak tiung barukan besar
Mencoba terbang campak ke tanah
Awak bingung mengaku pintar
Ditanya orang pesaknya basah
Anak kancil diluru tupai
Lumpuh kaki jalan merangkak
Awak degil mengaku lebai
Disuruh mengaji nafaspun sesak
Anak cercap jatuh ke kali
Dibawa arus mati terbuntang
Awak gagap disuruh mengaji
Membaca sebaris haripun petang
Anak lembu duduk menangis
Ditendang kambing campak kelumpur
Awak bisu duduk di majelis
Orang berunding awak mendengkur
Anak kuda tegak meringkik
Kaki belakangnya kena bisul
Awak buta berlagak celik
Tahi dipegang dikira dodol
Anak tempua baru keluar
Disengat lebah meracau-racau
Awak lah tua nafsu berkobar
Melihat betina tergagau-gagau
Bagaimana lutung takkan berang
Hendak ke hilir ditahan kera
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak pandir dijadikan ketua
Bagaimana lutung takkan berang
Anak ditinggal jatuh berdebin
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak bebal menjadi pemimpin
Akhir Kata
Nah, itulah kumpulan bait pantun untuk Suami dan istri yang sangat seru. Semoga kalian dapat terhibur dan artikel ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi rujukan bagi kita semua. Sekian yang dapat saya sajikan, sampai jumpa lagi di koleksi pantun yang lainnya.