200 Pantun Cinta Penuh dengan Angan-angan
Pantun Cinta Penuh dengan Angan-angan - Hallo sobat semua berjumpa kembali bersama Pintarsiana, pada kesempatan ini saya akan berbagi sebuah pantun dengan tema Cinta di mabuk asamara. Diantara kalian pasti ada yang pernah berkhayal.
Pantun Cinta
ikan hiu makan badak,
i love u mendadak…
ikan paus makan pecel,
i miss u girl…
dulu delman
sekarang dokar
dulu teman
sekarang pacar
buah mangga buah manggis
ternyata ada cewek maniez
buah manggis buah pepaya
cewek manis siapa yg punya
dihutan banyak lebah madu..
rasanya manis,disuka pemburu..
kamu adalah cintaku
dan aku amat sayang padamu..
kembang gula di perigi
untuk aku minum jamu
kemana pun kamu pergi
aku slalu rindu kamu
meski hanya buah jambu
tapi ini bisa diramu
meskipun jarang ketemu
cintaku hanya untukmu
wahai seruling buluh perindu
suaranya memikatku
wahai gadis pujaanku
aku sangat cinta kamu
meski aku sudah kenyang
tetap harus minum jamu
perempuan yang ku sayang
bolehkah aku bertamu
Kelap kelip bintang bertaburan
hanya satu yg tampak terang
sungguh banyak pria pilihan
hanya kanda yg paling ku sayang
Kelap kelip bintang bertaburan
begitu indah bagai berlian
sungguh banyak pria menawan
hanya abang yg ku rindukan
Kelap kelip di tengah malam
ku lihat bintang sangat menawan
biar cinta banyak rintangan
ku jaga cinta dg kesetiaan
Kelap kelip bintang seribu
indah menawan di tengah malam
sunggu aku sedang merindu
rindu di hati yg terdalam
Kelap kelip bintang menari
indah bagai mata bidadari
kanda kuharap menjaga diri
untuk diriku sampei ku kembali
Sayang selasih tidak berbunga
Engganlah kumbang untuk menyapa
Sayang kekasih tidak setia
Badan merana kini jadinya
Di sana sini bunga pun kembang
Senanglah kumbang tinggal sendiri
Putuslah sudah kasih dan sayang
Jangan di harap dia kembali
Sungguh malangnya hidupmu bunga
Janganlah layu sebelum kembang
Tentulah diri akan merana
Karena bunga tiada berdaya
Bunga yang malang jaga dirimu
Jangan lah layu sebelum kembang
Pupuklah iman dalam hatimu
Kalau kau layu di buang orang.
Ukir-ukir lah si kayu jati
jadikanlah sebuah jambangan
Pikir-pikir sebelum terjadi
janganlah menyesal kemudian
Anak muda belum berakal
Siang kesana malam kemai
Hendak kusapa belumlah kenal
Kutimang saja di dalam mimpi
Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu
Anak sepat baru berenang
Pasang tiba airpun penuh
Hendak dekat hatiku bimbang
Kupandang saja dari jauh
Dapat udang bawa berlayar
Hendak dijual pembeli sayur
Teringat abad dada berdebar
Sejak kukenal belum menegur
Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang
Badak tenuk namanya hewan
Hidup selalu di dalam rimba
Hendak menjenguk terasa segan
Ke angin lalu kukirim cinta
Buah nangka dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur
Anak musang disalak anjing
Hingga malam lari menyuruk
Hendak meminang tidak sebanding
Dibawa diam hatiku remuk
Buah nangka dari seberang
Baunya wangi sedap rasanya
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini bertatap muka
Diam-diam orang beramu
Membawa badik untuk senjata
Dalam diam abang menunggu
Semoga adik mau menyapa
Masak labu di tengah ladang
Bawa ke rumah dibuat sayur
Hendak merayu payah betandang
Mata dah merah tak dapat tidur
Masak durian tercium bau
Isinya sedap rasanya manis
Hendak berkenalan terasa malu
Di dalam gelap hamba menangis
Malam hari orang melukis
Membuat gambar indah sekali
Dalam hati hamba menangis
Ingat kekasih tambatan hati
Mengapa orang pergi menjala
Menjala sepat sekali belum
Mengapa abang menjadi gila
Gila melihat adik tersenyum
Mengapa tanah menjadi debu
Karena lama tak turun hujan
Mengap alidah menjadi kelu
Karena terlena melihat tuan
Naik turun membawa padi
Padi ladang padi ternama
Adik sepantun bunga melati
Kami memandang menjadi gila
Naik turun membawa parang
Untuk menebas semak belukar
Adik sepantun bunga dikarang
Membuat cemas dada berdebar
Satu-satu membawa sayur
Supaya air jangan terbuang
Malu-malu hamba menyapa
Karena kuatir tunangan orang
Sisik bukan sebarang sisik
Sisik belida memutus jala
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik membawa hatiku gila
Sisik bukan sebarang sisik
Sisik ayam membawa tuah
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik meredam hati yang gundah
Siang malam orang menari
Sampai remuk rasanya badan
Kukenang puan dalam mimpi
Bagai pungguk merindu bulan
Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar
Tebanglah kayu sebatang dua
Untuk membuat perahu kolek
Abang merindu sepanjang masa
Mabuk melihat tubuh yang molek
Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu
Batang pepaya berputik belum
Bila berulat lekas dipancung
Abang menyapa adik tersenyum
Rasa mendapat emas segunung
Pantun Kasih taksampai
Ulam bukan sebarang ulam
Ulamnya dibawa anak penggalas
Demam bukan sebarang demam
Demam cinta tidak terbalas
Tabunglah gendang bunyi bertalu
Orang bersorak gegap gempita
Sungguh malang nasib diriku
Cinta ditolak harapan hampa
Tujuh hari dalam seminggu
Budak duduk membelah rotan
Tubuhku lesu memendam rindu
Awak bertepuk sebelah tangan
Ampas kelapa dibuang orang
Jatuh ke sungai dimakan ikan
Lemas anggota remuklah tulang
Kasih tak sampai binasa badan
Buah seminai biji berkilat
Dibuat minyak rasa perisa
Sudah ku ungkai tali pengikat
Adik menolak apalah daya
Dapat itik baru bertelur
Hendak digulai tak sampai hati
Teringat adik hatiku hancur
Kasih tak sampai kubawa mati
Buah perindu di Bukit Siguntang
Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas
Buah durian berduri-duri
Bila masak tentulah gugur
Sudah berbulan kunanti-nanti
Adik mengelak hatiku hancur
Bukan palu sebarang palu
Palu gada bertali rantai
Bukan pilu sebarang pilu
Pilu karena kasih tak sampai
Cukup sudah orang berlayar
Tetapi kolek tak mau laju
Cukup sudah abang bersabar
Tetapi adik tak mau tahu
Gugur buah di pagi hari
Ada masak ada yang muda
Hancur sudah hatiku ini
Cinta ditolak begitu saja
Gugur melati dimakan kumbang
Layulah tangkai patah kelopak
Hancur hatiku bukan kepalang
Rindu tak sampai cinta ditolak
Bulan puasa bulan teruji
Orang beramai pergi ke surau
Badan sengsara memakan hati
Kasih tak sampai hatiku risau
Bagaimana nasi tidakkan putih
Beras ditumbuk diidang dulu
Bagaimana hati tidakkan sedih
Puas membujuk orang tak mau
Buluh perindu di Bukit Siguntang
Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas
Diam-diam orang melukis
Membuat gambar anak peladang
Dalam diam abang menangis
Niat meminang ditolak orang
Beban berat kakipun goyang
Rasanya letih menggoyang lutut
Badan penat hati pun bimbang
Karena kasih tiada bersambut
Air hujan turun mencurah
Jatuh ke tanah terus ke laut
Binasa badan menahan gundah
Kasih kucurah tiada bersambut
Angin bertiup semakin kencang
Kapal berlayar dilanda badai
Ingin kuhidup bersama abang
Sayangnya kasih tiada sampai
Anak elang mati terkejut
Hilang campak ke dalampaya
Awaklah sayang hati terpaut
Orang menolak apalah daya
Bulan haji bulan mulia
Orang ke Mekah beramai-ramai
Bukan ku mati karena senjata
Sedang bercinta kasih tak sampai
Asap api nampak menjulang
Petang hari barulah reda
Hasrat hati hendak meminang
Orang tak sudi undurlah hamba
Banyaklah beruk makan cempedak
Memanjat kayu sepanjang hari
Hendak merajuk bukanlah budak
Penat merayu orang tak sudi
Asap api dari seberang
Dibawa angin ketengah laut
Hasrat hati memetik kembang
Rupanya kasih tiada bersambut
Asap api nampak bergumpal
Padang kering sudah menyala
Hasrat hati hendak berkenal
Orang berpaling apalah daya
Bagaimana orang takkan beramuk
Dusun dan desa dirusak musuh
Bagaimana abang takkan merajuk
Bertahun kupuja adik tak acuh
Bagaimana orang hendak menumbuk
Lesunya saja tidak berlalu
Bagaimana abang hendak memeluk
Dipandang saja adik tak mau
Batang nyiur di tepi kolam
Di sana bayan berdiam diri
Orang ditegur bermuka masam
Kasihku simpan di dalam saja
Belum duduk sudah berdiri
Manakan orang dapat bicara
Belum ditengok sudah lari
Manakah sempat kita bercinta
Buah cempedak jatuh berdebuk
Jatuh menimpa anak buaya
Sudah sejak aku membujuk
Dinda tak suka apalah daya
Palu bukan sembarang palu
Palu pusaka berpalut emas
Malu bukan sembarang malu
Malu cinta tidak berbalas
Pantun Putus Cinta
Anak kera mencuri manggis
Matanya pedih kena jelatang
Awak tertawa hati menangis
Karena kekasih dibawa orang
Mabuklah orang dalam perahu
Ombak besar setinggi rumah
Mabuklah abang memendam rindu
Adik kudengar pergi menikah
Baik berburu di malam hari
Bersuluh bulan dengan bintang
Adik kucumbu di dalam mimpi
Tubuhmu sudah ditangan orang
Untuk apa orang ke hulu
Kalau klek sudah berlubang
Untuk apa hamba menunggu
Kalau adik sudah bertunang
Hari minggu jalan ke pasar
Disana belanja membeli udang
Hatiku pilu rasa terbakar
Bunga kupuja dipetik orang
Habislah buah pisang nangka
Pisang serawak tegak sebatang
Habislah tuah hilanglah muka
Pinangan awak ditolak orang
Fajar subuh sudahlah terbit
Tanda hari menjelang siang
Terbakar tubuh dadaku sakit
Adinda kini dipinang orang
Galah bukan sebarang galah
Galah orang pemanjat pinang
Salah bukan sebarang salah
Salah abang lambat meminang
Buluh cina berwarna kuning
Tegak lurus dengan kokohnya
Karena adik sudah berpaling
Badanku kurus menanggung duka
Sudahlah makan tidak berkuah
Nasi yang ada terasa kurang
Sudahlah badan tidak bertuah
Kekasih pula dilarikan orang
Bagaimana padi tidakkan basah
Pagi petang dilimbur pasang
Bagaimana hati tidakkan patah
Kekasih hilang direbut orang
Diam-diam orang berkayuh
Karena takut dikejar buaya
Saban malam abang mengeluh
Karena adik sudah berpunya
Jatuh bangkit orang berburu
Mengejar kijang kesana sini
Tubuhku sakit tulangpun ngilu
Mendengar abang sudah berbini
Jatuh tupai salah melompat
Bekejar naik ke batang pinang
Tubuhku lunglai patah semangat
Mendengar adik dipinang orang
Beras padi diindang orang
Supaya tahu mana antahnya
Belas hati memandang abang
Adik ditunggu sudah berpunya
Belilah aruan serta belanak
Dapat dipindang sesudah bersih
Hati menyetan dadaku bengkak
Melihat abang berpindah kasih
Bulan sabit diambang petang
Makin dipandang semakin indah
Sudah senasib abang yang malang
Hendak meminang adik lah nikah
Bulan sabit di langit tinggi
Sayup-sayup mata memandang
Sudahlah nasib celaka diri
Adik kucinta dipinang orang
Dari teluk berjalan pulang
Naik kerumah sudahlah senja
Hatiku remuk bukan kepakang
Adik tercinta sudah berpunya
Kemana lagi membawa ketupat
Bunga sekaki sudahlah layu
Kemana lagi adik bermanja
Kanda kunanti tak mahu tahu
Bulan haji bulan mulia
Besar kecik tiada terbilang
Rasakan mati badan sebelah
Mendengar adik dipinang orang
Batang nangka putik sejari
Rebah ke tanah lapuk terbuang
Abang menyangka adik sendiri
Rupanya sudah duduk bertunang
Bagaimana bunga kan jadi mekar
Kalaulah kumbang sudah menyeri
Bagaiman hamba memberi kabar
Kalaulah abang sudah beristeri
Benang ditenun berhari-hari
Lambat laun menjadi kain
Abang melamun gila menanti
Adik lah kawin ke orang lain
Beras bukan sebarang beras
Beras ditumbuk membuang antah
Panas bukan sebarang panas
Panas menengok abang menikah
Banyaklah upih dicari orang
Untuk pembungkus lempuk durian
Hendak kupilih kekasih orang
Mabuklah hamba duduk sendirian
Bangau bukan sembarang bangau
Bangau putih berparuh panjang
Risau bukan sembarang risau
Risau kekasih direbut orang
Jikalau kumbang sudah menyeri
Tentulah kelopaknya menjadi layu
Kalaulah abang sudah beristeri
Tentulah adik kan kuberi tahu
Apa guna kacang direndang
Bila masak direndam lagi
Apa guna abang meminang
Bila isteri sudah beranak
Batang pinang sudahlah patah
Tak lama lagi tentulah rubuh
Orang kusayang sudah menikah
Kemana lagi dagang berlubang
Alangkah elok naik perahu
Di sana mudah mencari angin
Abanglah bujuk adik tak mau
Rupanya ada janji yang lain
Bagaimana titi takkan terendam
Hujan lebat semelah hulu
Bagaimana kami takkan berdendam
Tuan lah dapat pasangan baru
Bagaimana kita hendak berhenti
Karena di jalan orang curiga
Bagaimana hamba hendak berjanji
Karena tuan memandang harta
Badik diasah berulang kali
Untuk berperang melawan musuh
Adik gelisah mengenang janji
Kutengok abang kian menjauh
Bagaimanalah kita hendak berunding
Orang berbantah setiap hari
Bagaimana hamba hendak disunting
Abanglah sudah beranak isteri
Bagaimana kita hendak melangkah
Tulang sendiri terasa goyang
Bagaimana hamba hendak menikah
Abang lah menjadi laki orang
Tali kecapi disebut orang
Bila dipetik bunyinya nyaring
Hati ku ini mabuk kepayang
Karena adik sudah berpaling
Bagaimana kita hendak berlayar
Ombak besar memecah tebing
Bagaimana hamba hendak bersabar
Kudengar abang sudah berpaling
Pantun Memendam Rindu
Kalau balik merendam selasih
Pantang merendam biji labuh
Kalaulah adik merendam kasih
Abangpun karam menahan rindu
Kalaulah labu dibawa bermain
Dimanakah sempat lagi dipetik
Kalau rindu pada yang lain
Dimanakan sempat bersua adik
Airlah dalam bertambah dalam
Hujan di hulu berlumlah teduh
Hatilah karam bertambah karam
Karam merindu orang yang jauh
Asap api orang berladang
Nampak dari kuala Siak
Tiap hari kutunggu abang
Sampai kini tiada nampak
Azan bukan sebarang pesan
Azan bilal suaranya merdu
Pesan bukan sebarang pesan
Pesan kutinggal tanda rindu
Dari subuh orang berburu
Banyak kijang dibawa balik
Dari jauh abang merindu
Hendak datang langkahku pendek
Bila menimbang putik pauh
Banyak getahnya tinggal melekat
Bila kukenang adik nan juah
Letak anggota pegallah urat
Dapat kolek pergi kejayuh
Air pasang berhenti dulu
Mengingat adik lah pergi jauh
Matilah abang menanggung rindu
Batang selasih sudah meranting
Lapuklah batang dahan pun layu
Orang kukasih sudah berpaling
Mabuklah dagang menahan rindu
Baik sungguh pergi berburu
Dapat pelanduk seekor dua
Adik jauh hatiku rindu
Penat duduk menanti berita
Baik Sungguh mencari kurai
Bulunya cantik untuk hiasan
Adiklah jauh hatiku risau
Rindukan adik terlupa makan
Baiklah naik ke gunung ledang
Disana banyak buluh perindu
Adik nan molek sanjungpun abang
Bila tak nampak hatiku rindu
Banyaklan itik turun ke kali
Mandi berenang jalan mendudu
Hendak kupetik bunga berduri
Matilah abang menahan rindu
Banyaklah ikan mabuk terapung
Karena terminum air tuba
Letaklah badan duduk termenung
Karena belum bertemu adinda
Biji nangka janga ditelan
Bia ditelan tentu tercekik
Hatiku duka putus harapan
Karena lama merindukan adik
Biji pauh ditanam orang
Sudah besar berbuah pula
Hati rusuh bukan kepalang
Habislah sabar memanti dinda
Buah kuini masak di batang
Pai hari banyak yang jatuh
Biar ku mati dalam membujang
Karena menanti adik yang jauh
Buah mentimun di tepi tasik
Habis busuk dimakan belalang
Sudah bertahun ku nanti adik
Hatiku remuk bukan kepalang
Buluh perindu dibuat suling
Bunyinya merdu mendayu-dayu
Menahan rindu badanku kering
Dinda tak mau mengambil tahu
Bukan perahu sebarang perahu
Perahu kolek tidakkan karam
Bukan rindu sebarang rindu
Rindu kan adik siang dan malam
Hari minggu orang berjalan
Membawa badik jadi senjata
Hatiku rindu bukan buatan
Kepada adik sebiji mata
Hendak berburu oarng dah pergi
Biarlah hamba duduk menunggu
Hendak bertemu dinda tak sudi
Biarlah hamba menanggung rindu
Dari pulau menjala ikan
Dapat pari dibuat pindang
Hati risau tiada tertahan
Mabuk menanti adik seorang
Buluh perindu buluh ternama
Banyak sudah disebut orang
Hatiku rindu sudahlah lama
Adik juga tak ingat abang
Buluh perindu diberi nama
Ditiup angin bergoyang-goyang
Hatiku rindu tiada terperi
Karena adinda lama tak datang
Sayang balam mati tercekik
Makan putik buah mengkudu
Siang malam kunanti adik
Badanku letih menahan rindu
Bunga kenanga kembang sekaki
Rupanya molek kelopak mekar
Sungguhlah lama abang menanti
Mengapa adik tak beri kabar
Kalau tak ada sagu bertampin
Mengapa rumbia ditebang orang
Karena tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang
Belilah baju serta selendang
Untuk dipakai ke helat jamu
Hatiku rindu kepada abang
Hajat sampai dapat bertemu
Alangkah sayu hati di dalam
Mendengar guruh dayu mendayu
Abang merayu siang dan malam
Gemetar tubuh menahan rindu
Buluh kasap beruas panjang
Sembilunya tajam bagaikan pisau
Tidur tak lelap makan tak kenyang
Mengenang kakanda jauh di rantau
Dari pulau menjala hiu
Pulang pergi orang berlayar
Hati risau menahan rindu
Abang pergia tiada kabar
Buah pauh di tepi ladang
Dimakan tupai menjadi busuk
Susah sungguh menanti abang
Badan terkulai hatiku remuk
Kalaulah batangnya dihimpit kayu
Mengapa kupandang tegak lurus
Kalaulah abang sakit merayu
Mengapa abang tak nampak kurus
Tentu batangnya tampak lurus
Karena kayunya sudah dibuang
Tentu abang tak nampak kurus
Kita bertemu sakitku hilang
Air pasang singgahlah dulu
Dapat berhenti di pulau karang
Hatiku bimbang bertambah pilu
Ingat kekasih dirantau orang
Air dangkal ikannya jinak
Ditangkap orang setiap hari
Hati mengkal dadapun kemak
Mengharap abang datang kemari
Kalau tak ada sagu bertampin
Mengapa rumbia ditebang orang
Kalau tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang
Air keruh bertambah keruh
Musim kemarau semakin panjang
Hatiku rusuh bertambah rusuh
Karena risau menunggu abang
Angin ribut bertambah ribut
Banyaklah kapal patah kemudi
Ingin diikut belumlah patut
Hendak ditinggal tak sampai hati
Bila lancang singgah di teluk
Sesudah timpas pasangpun datang
Apabila abang sudah menjenguk
Rindu ku lepas dadapun lapang
Batang menanti mati ditebang
Ditebang orang untuk perahu
Abang dinanti pagi dan petang
Hatiku bimbang bercampur pilu
Baji kayu pembelah tiang
Ditukul orang beramai-ramai
Hatiku rindu tiada kepalang
Karena abang lama tak sampai
Pantun Perpisahan
Penggal puan penggal selasih
Penggal puan di Johor lama
Buah hati tinggallah puan
Kanda pergi tidakkan lama
Buah pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Walau jatuh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan
Hanyut cawan dengan bakinya
Berperai-perai bunga selasih
Ayuhai badan apa jadinya
Hampir bercerai dengan kekasih
Air telaga terasa sejuk
Siapa kesana teruslah mandi
Kupandang muka membawa mabuk
Kudengar suara memutus hati
Pantun Saling Berjanji
Tanam melati di ruma-ruma
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita kita bersama
Satu kubur kita berdua
Ubur-ubur sampingan dua
Tanam melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai
Tanam melati bersusun tangkai
Tanam padi satu-persatu
Kalau boleh bersusun bangkai
Daging hancur menjadi satu
Tanam padi satu-persatu
Anak lintah dalam dunia
Daging hancur menjadi satu
Tandanya cinta dalam dunia
Jika roboh kota Melaka
Papan di Jawa saya tegakkan
Jika sungguh Kanda berkata
Badan dan nyawa saya serahkan
Ikan dilaut asam di darat
Dalam kuali bertemu jua
Hati terpaut janji diikat
atas pelamin bertemu jua
Amat garang datuk Bentara
Musuh melanggar habis dibenam
Dulu seorang kini berdua
Hidup bersama susah dan senang
Dengarlah ini ayah berpesan
Anak menantu, ayah ingatkan
Berkasih saying sesame insan
Jangan cepat menjadi bosan
Dari Banten ke Tanjung kandis
Berlayar ditumbang angin utara
Lagi berhadapan mulutnya manis
Balik belakang lain bicara
Ambil puan dari Marinda
Pandan di Jawa saya rebahkan
Jika tuan membawa adinda
Badan dan nyawa saya serahkan
Ambil puan di atas batu
Hendak berlayar ke benua Jawa
Jika tuan berkata begitu
Esok hari Kakanda bawa
Anak belida memakan kanji
Pandan di Jawa diranggungkan
Jika Kakanda mungkirkan janji
Badan dan nyawa menanggungkan
Terang bulan terang ke paya
Raja Mesir bertenun kain
Tuan dipandang bertambah caya
Rasaku tidak pada yang lain
Aci-aci ke Bangkahulu
Seri padaku panglimanya
Jika kasih sabar dahulu
Nantikan saja ketikanya
Pantun Perkenalan
Berlari-lari ke dalam kebun
Dalam kebun adalah parak
Bernyanyi serupa pantun
Dalam pantun ada kehendak
Pohon beringin tengah negeri
Buah beribu di tangkainya
Ingin di bunga sunting nabi
Bolehkan kami memetiknya?
Suji-suji daun delima
Disuji anak sungai Bantan
Kalau sudi minta terima
Diharap jangan tuan lupakan
Patahlah sayap kembang Lelan
Patah ditimpa selaranya
Payahlah mata memandang bulan
Bulan pabila akan jatuhnya?
Darimana hendak kemana
Dari Jepang ke Bandar Cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga yang kembang siapa punya?
Dari Jepang ke Bandar Cina
Singgah berlabuh di Singapura
Bunga yang kembang siapa punya
Kami beringin memetiknya
Mahal harganya kain batik
Dipakai selendang ke kuala
Jika bunga boleh dipetik
Dipersunting dijunjung di kepala
Air ditanam betung tumbuh
Diparang anak si gumanti
Kalau hati sama sungguh
Kering lautan kita nanti
Beringin di kampung pulau
Pautan ayam tedung gombak
Hati ingin memandang pulau
Biduk ada pengayuh tidak
Melenguh lembu di gunung
Lenguhannya sampai ke balai
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai
Keladi air tumbuh di air
Minyak bijan di dalam cawan
Matahari sudahlah lahir
Bulan masih disaput awan
Datu perdana dengan penggawa
Menghadap baginda di hadapan puri
Patutlah tuan timbangan jiwa
Tempat kakanda menyimpan jiwa
Menghadap baginda di hadapan puri
Puri berdekat dengan balai
Tempat kakanda menyimpan diri
Di hati tidak dapat dinilai
Puri berdekat dengan balai
Singgasana berdinding kaca
Dihati tidak dapat dinilai
Bulan purnama terang cuaca
Singgasana berdinding kaca
Kaca biru buatan Cina
Bulan purnama terang cuaca
Sangat merayu dagang yang hina
Teruntum sedang berbunga
Retak buluh sampaian kain
Kalau untung tuan yang punya
Masakan lepas pada yang lain
Tetak buluh sampaian kain
Kain cela tepi bersuji
Masakan lepas pada yang lain
Jika sudah disitu janji
Kain cela tepi bersuji
Lalu sampaikan atas galah
jika sudah disitu janji
hajatpun lalu disampaikan Allah
Akhir Kata
Nah, itulah kumpulan bait pantun cinta penih angan-angan yang dapat saya sajikan, semoga bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi sobat semua. Janganlupa baca juga koleksi pantun yang sangat menarik lainnya dibawah ini. Sampai jumpa dalam pembahasan artikel yang lainnya.